Primadona
kelapa sawit menjadi salah satu kemajuan khususnya di bidang
perkebunan, nama kelapa sawit pun mulai populer seiring trend pengadaan
perkebunan kelapa sawit bersekala besar di daerah yang berpotensi objek
lahan. Hal inipun menjadi opini public khlayak ramai, dan tidak
terkecuali oleh masyarakat lokal/setempat, masyarkat adat dll yang
tentunya terkena imbasnya. Para masyarakat lokal ini pun mulai bersuara
setelah tahu bahwa dampak atau imbasnya perkebunan kelapa sawit ini
begitu dahsyat bagi keberlagsungan hidup, dan merekapun tergugah mulai
menentang dan menolak keras adanya perkebunan sawit. Secara lantang pun
pertanyaan ini muncul pada mereka yang baru menetang adanya pengadaan
perkebunan sawit besar-besaran, mungkin juga ini di karenakan bahwa
minimnya pengetahuan masyarakat lokal terhadap dampak perkebunan kelapa
sawit apalagi masyarakat lokal ini yang notabene-nya adalah masyarakat
pedalaman yang 'barangkali' selalu di identikan masyarakat yang tinggal
di hutan yang tidak mengerti apa-apa.
Seiring waktupun polemik inipun menjadi pro dan kontra bagi kaum-kaum yang berkepentingan, sehingga membawa pada posisi masyarakat menjadi terbuai, terlena, terpana, dengan segudang iming-iming dari para kaum yang berkepentingan, kaum kapitalis, dan juga para awak perusahaan yang mulai berani menjajakan kaki dan mulai mendekati masyarakat lokal, dimana para awak perusahaan menjajikan dan mengiming-imingi 'jika mengizinkan adanya perkebunan sawit maka, selayaknyalah masyarakat setempat dapat merasakan keuntungan dan dapat pula mengsejahterakan hidupnya kelak' ya begitulah kira-kira iming- iming yang di janjikan oleh para kaum kapitalis dan awak perusahaan ini.
Menyadari kenyataan ini sungguh-sungguh sangat menyedihkan, ketika sebagian masyarakat setempat yang tersugesti meng-iyakan perkebunan kelapa sawit dengan skala besar, padahal jelas-jelas hal ini merupakan bentuk pembodohan dan penindasan yang luar biasa terhadap kehidupan sumber daya alam kedepannya dan penghancuran ekosistem, bahkan yang lebih menyedihkan menjalar pada keberlangsungan hidup manusia untuk hidup sehat. Dan adapun dampak penindasan dan pembodohan bagi kehidupan sumber daya alam yang terancam seperti: Musnahnya kearifan lokal dan pengetahuan lokal, hutan, lahan, tanah adat yang tak dapat berfungsi penuh. Jelas saja hal ini berakibat buruk bagi keberlagsungan hidup, contoh saja tidak ada lagi lahan, tanah yang biasanya digunakan untuk berladang, berkebun, mencari sayur-mayur, dan buah-buahan di hutan, di tambah lagi hal tersebut dapat juga berdampak membawa masyarakat pada kemiskinan dan kepunahan/mati, serta membawa juga eksploitasi kerusakan kawasan hutan, padahal kita tahu bahwa masyarakat setempat mengantungkan hidupnya terhadap hutan dan seisinya, apalagi masyarakatnya yang mempunyai ikatan emosional terhadap hutan dan hidup yang bersentuhan dengan alam.
Seiring waktupun polemik inipun menjadi pro dan kontra bagi kaum-kaum yang berkepentingan, sehingga membawa pada posisi masyarakat menjadi terbuai, terlena, terpana, dengan segudang iming-iming dari para kaum yang berkepentingan, kaum kapitalis, dan juga para awak perusahaan yang mulai berani menjajakan kaki dan mulai mendekati masyarakat lokal, dimana para awak perusahaan menjajikan dan mengiming-imingi 'jika mengizinkan adanya perkebunan sawit maka, selayaknyalah masyarakat setempat dapat merasakan keuntungan dan dapat pula mengsejahterakan hidupnya kelak' ya begitulah kira-kira iming- iming yang di janjikan oleh para kaum kapitalis dan awak perusahaan ini.
Menyadari kenyataan ini sungguh-sungguh sangat menyedihkan, ketika sebagian masyarakat setempat yang tersugesti meng-iyakan perkebunan kelapa sawit dengan skala besar, padahal jelas-jelas hal ini merupakan bentuk pembodohan dan penindasan yang luar biasa terhadap kehidupan sumber daya alam kedepannya dan penghancuran ekosistem, bahkan yang lebih menyedihkan menjalar pada keberlangsungan hidup manusia untuk hidup sehat. Dan adapun dampak penindasan dan pembodohan bagi kehidupan sumber daya alam yang terancam seperti: Musnahnya kearifan lokal dan pengetahuan lokal, hutan, lahan, tanah adat yang tak dapat berfungsi penuh. Jelas saja hal ini berakibat buruk bagi keberlagsungan hidup, contoh saja tidak ada lagi lahan, tanah yang biasanya digunakan untuk berladang, berkebun, mencari sayur-mayur, dan buah-buahan di hutan, di tambah lagi hal tersebut dapat juga berdampak membawa masyarakat pada kemiskinan dan kepunahan/mati, serta membawa juga eksploitasi kerusakan kawasan hutan, padahal kita tahu bahwa masyarakat setempat mengantungkan hidupnya terhadap hutan dan seisinya, apalagi masyarakatnya yang mempunyai ikatan emosional terhadap hutan dan hidup yang bersentuhan dengan alam.
Melihat kenyataan ini sangatlah miris dan mengsesakan dada, belum lagi permasalahan yang satu telah usai, namun ada lagi yang menjadi dampak perkebunan kelapa sawit yaitu: menghambatnya keberlangsungan hidup yang layak, terhadap PEREMPUAN dan ANAk-ANAK, yang membawa pola penyadaran bahwa hal tersebut bukanlah hal yang biasa namun sudah taraf luar bisa dan bukan main-main, yang sungguh sangat rentan terhadap keberlangsungan hidup perempuan dan anak, adapun beberapa dampak permasalahan perkebunan kelapa sawit terhadap perempuan seperti: Adanya berbagai penyakit yang timbul yang menyerang perempuan dan anak yaitu; penyakit kulit (panu, kadas, kurap,koreng dll..), tentu saja hal ini dikarenakan efek samping perkebunan kalapa sawit yaitu pencemaran lingkungan dimana terjadinya pendangkalan sungai-sungai sehingga menyebabkan banjir besar dan air menjadi tidak bersih, jelas lah hal ini membawa perempuan dan anak-anak terhambat tugas perkembangan dan pertumbuhan yang kurang baik di sebabkan oleh tidak bisa menikmati air yang bersih di dalam keseharianya seperti untuk mandi, mencuci, dan minum air bersih dan sehat, dimana kita tahu bahwa air minum kita komsumsi dan menjadi kebutuhan setiap harinya, apalagi jika air yang tidak bersih jelas saja mengandung bakteri yang berpotensi adanya berbagai penyakit di dalamnya, hal ini sungguh merupakan pembunuhan karakter bagi penindasan dan peminggiran bagi kaum perempuan dan anak-anak secara tidak langsung yang keseharian hidupnya mengurusi rumah dan melihat pola tumbuh kembang anak-anaknya.
Dan belum lagi tuntas persoalan ini, perempuan muncul lagi dan terpinggirkan dari sumber baik di bidang ekonomi, di mana jika di adakanya perkebunan ini, banyaknya melibatkan kaum lelaki saja, dimana peluang pekerjaan hanya didominasi oleh kaum lelaki, sedangkan untuk kaum perempuan selayaknyalah di rumah saja dan mengurusi anak, di segi lain hal ini membawa posisi perempuan jatuh pada taraf kemiskinan, dimana peluang ini lebih menguntungkan pihak lelaki.
Oleh karena itu saya, menghimbau bagi kaum perempuan untuk mengatakan tidak pada perkebunan kelapa sawit ini, karena jelas saja banyak merugikan dirimu hey wahai perempuan, dan kritislah bahwa bukankah masih banyak komoditi lain yang bisa di andalkan bukan hanya kelapa sawit. Dan tentunya membawa keterlibatan peranmu di dalamnya, serta menguntungkan dirimu dan membawa pada kesetaraan yang diharapkan, bagi keberlagsungan cita-cita dan harapan peran hidupmu wahai perempuan.
disadur dari: http://jubata.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar